Sabtu, 11 Juni 2011

My Side Story – Hampir Ketipu


Aku ingat sekali saat itu, hari Rabu tanggal 8 Juni 2011, jam setengah empat sore. Saat itu aku terburu-buru karena akan ada kuliah pada jam empat. Eh tiba-tiba, aku ditelpon oleh seseorang dengan nomor 021xxxxxxx. Berikut percakapannya

Penelpon : Halo, Assalamualaikum!
Aku : Iya halo, Waalaikum salam. Siapa ya?
Penelpon : Begini Mbak, kami dari Indosat pusat, mau memberi tahu kalau Mbak mendapatkan hadiah dari Poin Plus Plus berupa uang senilai 10 juta rupiah, ditambah pulsa sebesar 1 juta
Aku : (setengah nggak percaya) Masa’ sih Mas, padahal saya jarang isi pulsa lho!
Penelpon : Benar Mbak. Ini hasil undian yang sekarang sedang diundi di GlobalTv.
Aku : Oh gitu. (rasanya nggak pernah liat di Global ada undian Poin Plus Plus =,=”)
Penelpon : Dan syukur Alhamdulillah Mbak, Mbak mendapatkan hadiah itu tanpa dipungut biaya sepeserpun dan tanpa pajak.
Aku : (sejak kapan operator Indosat kalo ngomong alim banget gini. Jadi makin gak percaya deh)
Penelpon : Baik Mbak, karena waktu kami tidak banyak, kami masih harus menghubungi empat pemenang lainnya, maka pertanyaan saya, Mbak mau atau tidak hadiah ini?
Aku : Iya deh, mau. (lumayan lah)
Penelpon: Kalau begitu, biar saya data. Ini, Mbak atas nama siapa?
Aku : Lho, Mas ini nelpon saya, katanya saya menang undian, tapi masa iya Mas nggak tau nama saya. Aneh banget sih? (semakin nggak percaya)
Penelpon : Oh iya iya maaf, kalau begitu langsung saja ke pertanyaan selanjutnya. Mbak punya rekening di bank mana?
Aku : Ada di Mandiri
Penelpon : Mbak punya ATM nya?
Aku : Ya iyalah (ni orang geblek banget sih, semua pertanyaannya pertanyaan bodoh)
Penelpon : Baik, bisa disebutkan nomer rekeningnya, karena uangnya akan ditransfer!
Aku : 141xxxxxxxxxx. (agak nggak percaya sih, tapi dikasih norek doang kan nggak pengaruh kalo misalnya ini ternyata dibohongi)
Penelpon : Jarak Mbak dengan ATM terdekat kira-kira berapa menit?
Aku : 30 menit (yang aku maksud, ATM yang di kampus, soalnya nggak bakal sempet mampir-mampir, kan aku mau ada kuliah)
Penelpon : MasyaAllah Mbak, kami ini berpacu dengan waktu. Apa tidak ada ATM yang lebih dekat?
Aku : Aduh, Mas kirim aja duitnya, besok saya cek deh
Penelpon : Tidak bisa Mbak. Mbak harus segera ke ATM untuk aktivasi hadiah yang akan Mbak terima. Dan waktu kami tidak banyak, jadi Mbak harus bergegas. Mbak mau hadiahnya kan?
Aku : iya iya. (orang mau ngasih hadiah, tapi kok nyusahin banget sih)
Penelpon : Jadi berapa menit Mbak, jarak dari posisi Mbak sekarang dengan ATM terdekat?
Aku: Ya itu tadi, 30 menit.
Penelpon : Sekali lagi, waktu kami tidak banyak Mbak
Aku : Ya mau gimana dong. Jalanannya macet kok.
Penelpon : Kalau begitu dikebut aja Mbak motornya
Aku : (ni orang maksa banget sih. Sok tau pula, emangnya dia tau dari mana kalo aku naik motor) Motornya dikebut? Saya lho pake mobil, dan ini ditengah kemacetan (bodo amet, aku kibulin deh, salahnya sendiri nyebelin)
Penelpon : Kalau begitu, Mbak turun dari mobil, segera lari mencari ATM terdekat Mbak
Aku : (Wah, makin nggak bener ni orang). Ya nggak bisa dong, masa mobil ditinggal di tengah jalan?
Penelpon : Ini Mbak mau hadiahnya atau tidak. Kami berpacu dengan waktu, masih ada empat pemenang lagi di belakang Mbak yang belum kami hubungi
Aku : (Bodo amet! Masa perusahaan sebesar Indosat cuman punya satu pelayan operator)
Penelpon : Bagaimana Mbak?
Aku : 15 menitan deh
Penelpon : Selama Mbak menuju ATM, telponnya tidak perlu diputus. Hapenya ditaruh saku baju atau celana saja Mbak.
Aku : iya (Idih, terserah aku dong, hape mau kutaruh mana)
Penelpon : Oh iya Mbak, hati-hati di jalan, nggak perlu ngebut
Aku : iya iya. (Sok kenal banget sih ni orang, agak curiga, masa operator Indosat kayak gini)
Penelpon : Oh iya Mbak, telponnya nggak perlu diputus, cukup dikantongi saja
Aku : (mulai sebel) Ya kalo Mas ngomong terus, kapan aku berangkatnya. Iya iya aku paham kok.
Penelpon : o iya Mbak....
Aku : Apa lagi?
Penelpon : Nanti setelah Mbak sampai di ATM, Mbak beritahu kami, cukup dengan kode “Halo Pak Dadang”, setelah itu kami akan memandu Mbak.
Aku : Iya
Penelpon : Bagaimana Mbak, sudah berangkat?
Aku : Ya udahan ngomongnya, gimana mau berangkat kalo diajak ngomong terus
Penelpon : Baik. Hati-hati Mbak.

Aku pun bersiap berangkat ke kampus. Sebagian feelingku bilang, cepetan berangkat keburu telat, sebagian feelingku bilang, mampir dulu ke ATM, lumayan dapet duit. Untung saat itu ada ortuku. Kemudian aku bercerita kalau lagi dihubungi sama operator Indosat. Ortuku menjawab, “Oh bohong itu, sudah banyak penipuan pake modus gitu. Jangan percaya”. Kemudian bapakku memutus telponnya. Tak lama kemudian, mas operator tadi nelpon lagi.

Penelpon : Lho Mbak, kok telponnya dimatikan?
Aku : Saya berubah pikiran Mas, duit saya sudah banyak, 10 juta tuh kecil buat saya. Udah ambil aja buat Mas!
Penelpon : Kenapa Mbak nggak ngomong dari tadi kalau Mbak tidak mau hadiahnya?
Aku : (Ya iyalah, aku kan baru tau kalo aku lagi dikibulin)
Penelpon : Mbak bisa kami tuntut karena Mbak dianggap telah mempermainkan kami
Aku : Ya tuntut aja lho Mas! Kalo mau nuntut, langsung ke rumah saya aja, soalnya kebetulan Bapak saya hakim.

Setelah aku menjawab begitu, orangnya langsung diam, kemudian telpon dimatikan. Hahaha, takut ya nuntut anaknya hakim, padahal aslinya bukan anak hakim lho.

Bagi orang lain, mungkin kebohongan dengan modus ini sudah biasa, tetapi ini adalah hal baru bagi saya yang baru beranjak dewasa.

            p.s: yang dalam tanda kurung itu suara hatiku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar